How to use Clearnote
高校生

tolong bantu saya untuk merangkum

URAIAN MATERI A. AKIDAH, TAUHID, dan USULUDDIN 1. AKIDAH Akidah secara bahasa berasal dari kata li yang bermakna LJI (ikatan), AŠEYI (ketepatan), dan i uák (simpul tali). Dalam kamus Al-Munawwir, akidah berasal dari kata aqidah merupakan bentuk masdar dari kata 'aqada - ya'qidu - 'aqdan - 'aqidatan yang berarti simpulan, ikatan, perjanjian, dan kokoh. Dalam kehidupan sehari- hari akidah sering diartikan dengan iman, kepercayaan dan keyakinan. Akidah ialah suatu yang dianut oleh manusia dan diyakininya, apakah berwujud agama atau lainnya. Dalam kamus AL-Munjid diterangkan, akidah adalah slapallylal le sis la yang mengandung arti, ikatan yang terpatri di dalam hati. Kadang makna akidah diidentikkan dengan perjanjian dan pengesahan sebuah sumpah (al-Autsaqul 'uhud) sebagaimana firman Allah Swt. QS al-Maidah [5]: 1 gåų áži iziálá émtí "Hai orang-orang yang beriman, penuhilah aqad-aqad itu" Pengertian Akidah secara istilah dikemukakan oleh para Ulama : 1. Hujjatul Islam, Al-Imam Al-Ghazali (w. 505 H/1111 M) Beliau menerangkan bahwa Akidah telah tumbuh dalam jiwa seseorang, maka orang tersebut akan merasa bahwa hanya Allah Swt. lah Dzat Penguasa seluruh alam semesta, dan semua yang ada di dalamnya atau selain-Nya hanyalah makhluk belaka. 4 ILMU KALAM X PEMINATAN AGAMA MA 2. Syekh Ismail Raji al-Faruqi (w. 1986 M), akidah adalah konsep dasar tentang sesuatu yang harus diyakini, mengikat ('aqad{a) dan menentukan ekspresi yang lain dalam penghayatan agama. 3. Syekh Mahmoud Syaltout (w. 1383 H), akidah merupakan teori-teori yang sejak awal wajib diyakini dengan suatu keimanan dan tidak boleh dicampuri rasa bimbang serta tidak dipengaruhi oleh keragu-raguan. 4. Prof. Dr. TB. Hasbi As-Sidiki (w. 1975 M), Akidah ialah urusan yang harus dibenarkan dalam hati dan diterimanya dengan lapang dada, serta tertanam kuat ke dalam lubuk jiwa dan tidak dapat diguncangkan oleh Subhat (Hasbi Ash Siddiqi, 1937: 187) 5. Syekh Hasan al-Banna (w. 1949), Akidah adalah beberapa perkara yang wajib diyakini keberadaannya oleh hati, mendatangkan ketentraman jiwa, menjadi keyakinan yang tidak bercampur sedikitpun dengan keragu-raguan. Sedangkan pengertian Akidah secara syara' yaitu iman kepada Allah, para Rasul- Nya, dan kepada hari akhir, serta kepada Qadar yang baik maupun yang buruk. Hal ini disebut juga sebagai rukun iman. Akidah yang benar adalah merupakan pondasi yang kokoh bagi bangunan agama serta merupakan syarat sahnya amal. Firman Allah swt. dalam QS al-Kahfi [18] : 110, yang berbunyi: "Katakanlah: Sesungguhnya aku ini manusia biasa seperti kamu, yang diwahyukan kepadaku: "Bahwa Sesungguhnya Tuhan kamu itu adalah Tuhan yang Esa". Barangsiapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya, Maka hendaklah mengerjakan amal yang saleh dan janganlah ia mempersekutukan seorangpun dalam ia beribadat kepada Tuhannya". (QS. al-Kahfi [18] : 110) Pemahaman akidah yang benar wajib dipelajari oleh setiap mukallaf (muslim, akil, baligh) agar dapat mengenal Allah dan rasul-Nya dengan segala sifat yang wajib, jaiz (mungkin) dan yang mustahil pada keduanya. Mahmud Syaltut melukiskannya sebagai berikut: “Posisi akidah dalam Islam adalah sebagai pokok yang di dalamnya dibina peraturan-peraturan keagamaan (Syariah). Syariah itu adalah hasil yang dilahirkan oleh akidah". Dengan demikian, tidaklah ada syariah dalam Islam tanpa akidah,
Barangsiapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya, Maka hendaklah ia mengerjakan amal yang saleh dan janganlah ia mempersekutukan seorangpun dalam beribadat kepada Tuhannya". (QS. al-Kahfi [18] : 110) Pemahaman akidah yang benar wajib dipelajari oleh setiap mukallaf (muslim, akil, baligh) agar dapat mengenal Allah dan rasul-Nya dengan segala sifat yang wajib, jaiz (mungkin) dan yang mustahil pada keduanya. Mahmud Syaltut melukiskannya sebagai berikut: “Posisi akidah dalam Islam adalah sebagai pokok yang di dalamnya dibina peraturan-peraturan keagamaan (Syariah). Syariah itu adalah hasil yang dilahirkan oleh akidah". Dengan demikian, tidaklah ada syariah dalam Islam tanpa akidah, ILMU KALAM X PEMINATAN AGAMA MA 5 sebagaimana syariah itu sendiri tidak akan berkembang kecuali di bawah naungan akidah. Oleh sebab itu, syariah tanpa akidah adalah laksana bangunan yang bertingkat tanpa fondasi. 2. TAUHID Tauhid dalam agama Islam secara bahasa berasal dari kata wahhada yang berarti satu atau esa. Dalam Lisan al-Arab diterangkan bahwa tauhid adalah beriman kepada Allah serta tidak menyekutukanNya. Al-Imam al-Junaid al -Baghdadi juga menerangkan bahwa Tauhid adalah mensucikan Allah yang Maha Qadim (tanpa permulaan) dari menyerupai makhluk-Nya. Dalam sebuah hadis, Rasulullah bersabda: "Aku diperintah untuk memerangi manusia hingga mereka bersaksi bahwa tidak ada Tuhan (Ilah) yang berhak disembah kecuali Allah dan bahwa saya adalah utusan Allah. Jika mereka melakukan itu maka terpelihara dariku darang-darah mereka dan harta- harta mereka kecuali atas dasar hak (hukum yang berlaku)" (H.R. al-Bukhari). Dari hadis di atas bisa diketahui bahwa tauhid secara istilah bisa diartikan sebagai kesaksian manusia tentang tidak adanya Tuhan selain Allah (Keesaan Allah) dan Muhammad adalah utusan Allah. Para Nabi dan Rasul, mulai dari Nabi Adam As. hingga Nabi Muhammad Saw. menjadikan tauhid sebagai misi utama mereka dalam berdakwah. Hal ini terangkum dalam syahadat umat Nabi-Nabi terdahulu. Syahadat pertama berisi pengakuan bahwa tidak ada yang berhak disembah kecuali Allah, dan syahadat ke dua adalah pengakuan terhadap Rasul yang di utus pada masa itu. Demikian pula yang dilakukan oleh Rasulullah Saw., beliau datang dengan membawa misi tauhid, dan seruan bahwa beliau adalah utusan Allah. Misi ini pula ketika sebagian sahabat Rasulullah yang hendak diutus untuk berdakwah ke beberapa daerah sebagai misi pokok mereka. Seperti pesan Rasulullah kepada sahabat Muadz ibn Jabal ketika hendak diutus ke wilayah Yaman, Rasulullah bersabda: 6 ILMU KALAM X PEMINATAN AGAMA MA "Sesungguhnya engkau (wahai Mu'adz) akan datang (berdakwah) kepada Ahl al-Kitab (Orang-orang Yahudi dan Nashrani), maka hendaklah hal pertama yang engkau serukan kepada mereka adalah mentauhidkan Allah. Apa bila mereka sudah mengetahui hal tersebut, beritahukan kepada mereka bahwa Allah telah mewajibkan kenada mereka lima kali shalat dalam sehari semalam". (H.R. al-Bukhari dan Muslim)
menjadikan tauhid sebagai misi utama mereka dalam berdakwah. Hal ini terangkum dalam svahadat umat Nabi-Nabi terdahulu. Svahadat pertama herisi pengakuan bahwa tidak ada yang berhak disembah kecuali Allah, dan syahadat ke dua Gambar layar selesai lai a masa itu. Ketuk untuk melihat Rasulullah Saw., beliau datang dengan membawa misi tauhid, dan seruan bahwa beliau adalah utusan Allah. Misi ini pula ketika sebagian sahabat Rasulullah yang hendak diutus untuk berdakwah ke beberapa daerah sebagai misi pokok mereka. Seperti pesan Rasulullah kepada sahabat Muadz ibn Jabal ketika hendak diutus ke wilayah Yaman, Rasulullah bersabda: 6 ILMU KALAM X PEMINATAN AGAMA MA "Sesungguhnya engkau (wahai Mu'adz) akan datang (berdakwah) kepada Ahl al-Kitab (Orang-orang Yahudi dan Nashrani), maka hendaklah hal pertama yang engkau serukan kepada mereka adalah mentauhidkan Allah. Apa bila mereka sudah mengetahui hal tersebut, beritahukan kepada mereka bahwa Allah telah mewajibkan kepada mereka lima kali shalat dalam sehari semalam". (H.R. al-Bukhari dan Muslim) Imam Syafi'i ketika membahas tauhid hingga menyentuh pada hal yang mutasyabihat (samar) dengan tetap memastikan bahwa Allah disucikan dari keadaan sifat yang diserupakan dengan makhluk-Nya. Dalam bukunya berjudul Al-Kawkab Al- Azhar Syarh Al-Fiqhu Al-Akbar, Imam Syafi'i Berkata, semoga Allah ta'ala merahmatinya: “Maka seandainya dikatakan: Tidakkah Allah ta’ala berfirman: ażjl Sjiul Ajali jé , melainkan bahwa ayat ini bagian dari ayat mutasyabihat (ayat yang samar untuk mengetahui maksud dan tujuannya dan perlu penjelasan dari pakar tafsir Al-Qur'an) dan tidak dimaksudkan secara tekstual semata. Bagi Imam Abu Hasan Al- Asy'ary dan ulama-ulama yang men-ta'wil ayat istawâ adalah Allah tidak duduk atau bersinggasana di atas arasy. Imam Mâlik ketika ditanya perihal bagaimana Allah bersemayam di arasy. Dia menjawab, "bersemayam itu hal yang sudah diketahui. Tapi bagaimana bersemayamnya Allah itu, tidak bisa diketahui. Tidak bisa dipikirkan oleh akal. Pokoknya wajib diimani, dan mempertanyakannya adalah bid'ah." Oleh karena dengan adanya makna ayat ini, maka Imam Malik rahimahullah dalam kitab al-asma' was shifat melarang kepada seseorang untuk menanyakan tentang ayat ini. Beliau berkata: al-Istiwa' sesuatu yang sudah disebutkan dalam Al-Qur'an, beriman pada ayat ini wajib, tetapi bertanya tentang makna harfiyah ayat ini bid'ah. Kemudian, beliau berkata: Seandainya engkau kembali menanyakan kepadaku semisal ayat ini, maka aku memerintahkan supaya engkau menepuk lehermu. Semoga Allah melindungi kita dan anda untuk tidak menyamakan Allah dengan makhluk". Al-Imam al-Junaid al-Baghdadi: pemuka kaum Sufi, dalam al-Risalah al- Qusyairiyah berkata: “Tauhid adalah mengesakan dan mensucikan Dzat yang Maha Qadim (Allah) dari yang baru (makhluk)". Dengan demikian, wajib bagi setiap muslim yang mukalaf untuk mengimani dan meyakini Allah dan sifat-sifat-Nya, sebagaimana yang telah diterangkan, di mana Allah ILMU KALAM X PEMINATAN AGAMA MA 7 ta'ala tidak dilinuti oleh tempat dan tidak berlaku zaman bagi-Nya. Iuga. Dia Maha suci
ilmu kalam

回答

まだ回答がありません。

疑問は解決しましたか?