Grade

Subject

Type of questions

Fisika SMA

apakah anda bisa membantu saya untuk merangkum bagian penting di materi berikut

a. Pengukuran Besaran Panjang Alat ukur besaran panjang yang sering digunakan antara lain mistar, rollmeter (pita p jangka sorong, dan mikrometer sekrup. Penjelasan beberapa alat ukur besaran panjang dijelaskan sebagai berikut. 1) Mikrometer Sekrup Mikrometer sekrup digunakan untuk mengukur benda yang memiliki panjang maksimum 25 mm. Mikrometer sekrup mempunyai dua skala yaitu skala tetap dan skala nonius. Skala nonius pada mikrometer sekrup berbentuk selubung yang dapat diputar maju atau mundur, Pada umumnya, skala nonius terdapat 50 skala dalam sekali putaran. Akibat putaran tersebut, rahang geser akan bergerak sejauh 0,5 mm. Melalui pergerakan rahang geser Anda dapat mengetahui ketelitian mikrometer sekrup sebagai berikut. Ketelitian Pergerakan rahong geser sekali putarin Jumlah garis skala nonius Nilai ketidakpastian dari mikro- meter sekrup sebesar 0,005 mm. Nilai tersebut diperoleh dari setengah ketelitian mikrometer sekrup. Bagian- bagian dari mikrometer sekrup dapat Anda lihat pada Gambar 1.1. Gambar 1.1 menunjukkan peng- ukuran menggunakan mikrometer sekrup yang menghasilkan bacaan 3,83 mm. Cara mendapatkan bacaan tersebut sebagai berikut. a) Garis skala utama yang ber- dekatan dengan selubung putar (skala nonius) menunjukkan angka 3,5. Jadi, skala utama yang terbaca adalah 3,5 mm. b) Selubung putar (skala nonius) yang berimpit dengan garis mendatar skala utama menunjukkan angka 33. Skala nonius yang terbaca sebesar (0,01 mm x33) 0,33 mm. Hasil skala nonius diperoleh dari perkalian antara angka yang ditunjuk skala nonius dengan ketelitian mikrometer sekrup. c) Pengukuran mikrometer sekrup total dengan menjumlahkan antara skala utama dan skala nonius. Hasil pengukuran mikrometer sekrup adalah (3,5+0,33) mm 3,83 mm. 0,5 mm 50 =0,01 mm Rahang geser Selubung putar Benda Skala utama of Rahang tetap Gambar 1.1 Roda bergerigi Selubung 01391 35 50 Mengukur menggunakan mikrometer sekrup Cakap Literasi Keterampilan mengukur menjadi dasar dalam praktikum bahkan penelitian yang lebih serius. Minta siswa berburu literatur berjudul Alat Ukur Besaran Fisis Laboratorium IPA dan Kalibrasi Alat Ukur karya Dadan Rosana yang dapat diunduh pada situs https://bit.ly/2DN16dx Modul tersebut mengemas materi yang menjelaskan cara kerja alat ukur, mengetahui penggunaan alat ukur, cara pemelihara- an alat ukur, dan cara kalibrasi alat ukur. d) Pengukuran mikrometer sekrup yang dilaporkan adalah (3,830 ± 0,005) mm. 2) Jangka Sorong Jangka sorong digunakan untuk mengukur panjang benda dengan panjang maksimal 10 cm. Jangka sorong berguna untuk mengukur panjang diameter lingkaran luar, panjang diameter lingkaran dalam, dan kedalaman benda. Jangka sorong memiliki dua skala yaitu skala nonius dan skala utama. Skala utama merupakan skala yang terdapat pada rahang tetap, sedangkan skala nonius merupakan skala yang terdapat pada rahang geser.

Menunggu Jawaban Answers: 0
Bahasa Inggris SMA

rangkum materi tersebut ke bahasa i donesia

22.45 Check for updates O 61% Editorial Effective Strategies for Students with Emotional and Behavioral Disorders H HAMMILL INSTITUTE ON DISABILITIES Beyond Behavior 2021. Vol. 30(1) 3 Hammill Institute on Disabilities 2021 Artide reuse guidelines: sagepub.com/journals.permissions DOI: 10.1177/10742956211004242 journals.sagepub.com/home/bbx SSAGE Students with emotional and behavioral disorders (EBD) experience a combination of academic and social-emotional- behavioral deficits in comparison to their peers. This is why focusing on comprehensive support programs for students with EBD is a logical approach for school-based profession- als who work with this population. This first issue of Beyond Behavior's 30th volume encompasses six articles that pro- vide exceptional guidance for practitioners on a variety of topics that can have a positive impact on both their profes- sional actions and outcomes for students with EBD. Effective management of paraeducators is the focus of the first article, authored by Sarah Douglas and Denise Uitto. Described within is a collaborative four-stage model to ensure paraeducators are trained on the necessary knowl- edge and skills required to support students with challeng- ing behaviors and support specially designed programming. The model clarifies paraeducator responsibilities and defines training needs, creates training plans that align with adult learning principles, implements training using coach- ing with performance feedback, and documents paraeduca- tor performance. Intensification of special education programming efforts is central to the issue's second and third articles. Skip Kumm and Daniel Maggin provide an overview of goal- setting interventions that can be tailored to a myriad of dif- ferent student behavioral profiles and functions. The authors describe a goal-setting implementation process as well an intensification process when outcomes fail to meet expecta- tions. Their intensification process focuses on addressing treatment dosage, alignment, and comprehensiveness. The third article by Kary Zarate and Daniel Maggin shows how video modeling (VM) can be used as a powerful tool to sup- port skill acquisition and generalization for students with and without EBD. The authors offer an overview of VM's positive evidence base, reasons why VM is effective, and step-by-step guidance for VM implementation and intensi- fication that meets the needs of students with challenging behavior. The fourth article by Sanikan Wattanawongwan, S. D. Smith, and Kimberly Vannest focuses on guidance regard- ing how to improve social and emotional learning outcomes using cooperative group activities. Their implementation framework highlights the five instructional steps of plan- ning, introducing, monitoring, assessing, and processing. The authors also address skills generalization. In the fifth article, Ashli Tyre and Laura Feuerborn give professionals a host of suggestions for addressing staff per- ceptions that can interfere with successful implementation of positive behavioral interventions and supports (PBIS) frameworks. The authors coin problematic personnel per- ceptions as "misses." Their article identifies 10 common misses and then offers research- and/or practice-based sug- gestions to promote staff engagement, professional devel- opment, and support for implementation. The final article details the Council for Children with Behavioral Disorders' (CCRD) position statement on the use of physical restraint procedures in schools. In the posi- tion paper, Lee Kern, Sarup Mathur, and Reece Peterson outline the ethical and safety concems regarding the use of physical restraints with students and make recommenda- tions for best practice. The latter include (1) conducting a comprehensive screening to identify all students with edu- cational and/or mental health needs, (2) completing appro- priate assessments (e.g., FBA) for those suspected of having intensive needs, (3) implementing a continuum of research- or evidence-based interventions directed at identified needs, (4) intervening in such a way as to preserve personal dig- nity, and (5) ensuring parents and caregivers are partners and informed of school, district, and state policies pertain- ing to the use of restraint. Paul Mooney Louisiana State University, Baton Rouge, LA, USA Joseph B. Ryan Clemson University, Clemson, SC, USA = ||| U

Belum Terselesaikan Answers: 2
Kimia SMA

kimia ini gimana sih aku belom paham nih

Sistem tersebut adalah A.9 kJ B.9,9 kJ 14. Perhatikan data berikut C. 10,1 kJ D. II kJ Reaksi I: C₂Hs +5 0₂ 3 CO₂ + 4 H₂O AH-PkJ Reaksi II NH₂CI+NaOH NII: + NaCLAH = +QKJ Pernyataan yang benar dan data tersebut adalah A Reaksi II sistem menyerap kalor, reaksi eksoterm D Reaksi I lingkungan menyerap kalor, reaksi endoterm E Reaks: II lingkungan menyerap kalor, reaksi endoterm B Reaksi I sistem melepas kalor reaksi eksoterm C.Reaksi II lingkungan menyerap kalor, reaksi eksoterm 15. Perhatikan gambar berikut! 27 °C Sistem 50 °C Lingkungan Berdasarkan gambar tersebut maka dapat disimpulkan bahwa kondisi tersebut adalah.... A Endoterm karena kalor masuk ke sistem B. Endoterm karena kalor menuju lingkungan D. Eksoterm karena kalor masuk ke sistem E. Eksoterm karena kalor ke luar menuju lingkungan C. Eksoterm karena kalor meninggalkan lingkungan 16. Perhatikan reaksi berikut! SH2 = -13k 27 C 2 C₂H6g)+702 (g) →4 CO2(g)+6 H₂O(g),AH = -P kJ Berdasarkan data tersebut di atas maka AHC° C₂H6 adalah kJ/mol A.- 2P B-P C+ P/2 D.-P/2 E.+ 2P 17. Jika diketahui: N₂ (g) + 3 H₂ (g) = 2 NH3 4H = -92 kJ Besarnya perubahan entalpi penguraian standar gas NH, adalah.... 3H4 = R A. - 92 kJ/mol B. - 46 kJ/mol C. + 46 kJ/mol D. +92 kJ/mol E + 184 kJ/mol. 18. Diketahui perubahan entalpi pembentukan standar Na₂SO: (s) sebesar - 1.267 kJ. Persamaan termokimia yang tepat untuk pernyataan di atas adalah A. Na₂SO4 (s) → 2 Na (s) + S (s) + 2 O₂ (g) AH = - 1.267 kJ B. Na₂SO4 (s) →→→ 2 Nat (aq) + SO: 2 (aq) AH = -1.267 kJ C. 2 Na* (aq) + SO4-2 (aq) → Na₂SO4 (s) AH = - 1.267 kJ D. 2 Na (s) + SO₂ (g) + O₂(g) → Na₂SO4 (s) AH = -1.267 kJ E. 2 Na (s) + S (s) + 2 O₂ (g) → Na2SO4 (s) AH = -1.267 kJ 19. Sebanyak 30 gram urea (Mr Urea = 60) dimasukan ke dalam kalorimeter yang berisi 500 ml air. Hasi pengamatan termometer menunjukan terjadi perubahan suhu dimana suhu awal air adalah 28°C kemudia mengalami penurunan menjadi 21°C. Bila massa larutan dianggap hanya masa air dan kalor jenis larutan 4,2 J gr-1oC-1. Besarnya perubahan entalpi pelarutan urea dalam satuan kJ mol-1 yang tepat adalah .... A. - 29,4 kJ/mol B. - 14,7 kJ/mol C. + 14,7 kJ/mol D. + 29,4 kJ/mol E. + 58,8 kJ/mol 20. Perhatikan gambar berikut! AHI -> 35 k B E110 kJ D 2H3> Nilai R=...kJ D.-125 A.+ 95 B.-95 C.-110 B.Jawablah pertanyaan berikut! 1.Tuliskan semua isomer dari heksana! E.+ 125 2 Diketahui All, CO₂ = -344 kJ/mol; AILIO = -286 kJ/mol, A CHIOH = -284 kJ/mol. Tentukan pem entalpi reaksi CH₂OH + O₂ CO₂ + H₂O (belum setara)!

Menunggu Jawaban Answers: 0
1/4