-
A. Memahami Teks Eksposisi
1. Unsur-Unsur Isi dalam Teks Eksposisi
Perhatikan teks berikut.
Dalam kehidupan masyaral
menunjukkan kondisi yang se
digunakan seenaknya sendiri; t
para pejabat dan wakil rakyat
Seorang pejabat negara
di dalamnya." Pejabat ters
menggunakan kata content
atau hal.
Beberapa orang siswa asyik berjalan di depan sebuah kelas dengan langkah undang-undang tersebut ngg
yang cukup membuat orang di sekitarnya merasa terganggu. Terdengar percakap
di antara mereka yang kira-kira begini, "Punya gua kemaren ilang." Terdengar p
sahutan salah satu dari mereka, "Lho, kalau punya gua, sama elu kemanain?"
Meluruskan Bahasa Orang-Orang Sekolahan
oleh Dr. E. Kosasih, M.Pd.
yang
Beberapa siswa yang mendengarnya tertawa kecil. Di antara mereka ada
berbisik, "Serasa di Terminal Kampung Rambutan, ye?"
Penggunaan bahasa
Tak menyangka, salah seorang siswa di samping saya juga memperhatika pebisnis. Badan usaha, pe
percakapan mereka. Ia kemudian nyeletuk, "Gua apa: Gua Selarong atau bahasa asing. Seorang pe
yang berlabel Susi Salon
dengan tokonya yang E
Jepang?"
Akan terasa aneh
menamai jalan-jalan
Hatta Jalan. Juga aka-
mengubah nama lem
Peristiwa tersebut menggambarkan bahwa ada dua kelompok siswa
berbeda di sekolah tersebut. Kelompok pertama
sikap berbahasa
yang
yang memilik
mereka
adalah
yang kurang memiliki kepedulian terhadap penggunaan bahasa yang baik dan benar pemilik hotel itu.
biasa digunakan di Kampung
Hal ini tampak pada ragam bahasa yang mereka gunakan yang menurut sindira
bahasa yang
siswa kelompok kedua sebagai ragam
Rambutan.
Dari komentar-komentarnya, kelompok siwa kedua memiliki sikap kritis terhada
kaidah penggunaan bahasa temannya. Mereka mengetahui makna gua yang bena
dalam bahasa Indonesia adalah 'lubang besar pada kaki gunung'. Dengan makna
tersebut, kata gua seharusnya ditujukan untuk penyebutan nama tempat, seperti Gua
Selarong, Gua Jepang, Gua Pamijahan, dan seterusnya; dan bukannya pengganti
orang (persona).
Sangat beruntung, sekolah itu masih memiliki kelompok siswa yang peduli
terhadap penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar. Pada kebanyakan
sekolah, penggunaan bahasa para siswanya cenderung lebih tidak terkontrol
Penggunaan yang dominan adalah ragam bahasa pasar atau bahasa gaul sehingga
yang banyak terdengar adalah pilihan kata seperti elu-gua.
Prasangka baik saya, bukannya mereka tidak memahami akan perlunya
ketertiban berbahasa di lingkungan sekolah. Saya berkeyakinan bahwa doktrin
tentang "berbahasa Indonesialah yang baik dan benar" telah mereka peroleh jauh-jauh
sebelumnya, sejak SMP atau bahkan sejak mereka SD. Saya melihat ketidakberesan
mereka berbahasa, antara lain, disebabkan oleh kekurangwibawaan bahasa Indonesia
itu sendiri di mata mereka.
Pelajar se
harapa
Para s
Ragam bahasa Indonesia baku mereka anggap kurang "asyik" dibandingkan Kalang
dengan bahasa gaul, lebih-lebih dengan bahasa asing, baik dalam pergaulan maupun
dalam ketika mereka sudah masuk dunia kerja. Tuntutan kehidupan modern telah
membelokkan apresiasi para siswa itu terhadap bahasanya sendiri. Bahasa asing
berkesan lebih bergengsi. Pelajaran bahasa Indonesia tak jarang ditanggapi dengan
nihiran Mereka merasa lebih asyik dengan mengikuti pelajaran bahasa Inggris atau
Inten
mert
liter
berb